Kamis, 20 Mei 2010

Asam Manis Hidup

Aku tak pernah menyangka kalau hidupku akan seperti ini...jauh dari kedua orangtuaku meskipun aku tinggal satu atap dengan salah satu orang tuaku, yaitu ayah. Memang sejak umur 7 tahun, hidupku sudah berantakan seperti ini. Namun aku selalu berusaha menjalani hidup ini seperti tak pernah terjadi apa-apa. Namun rasanya sulit. Hingga sampai saat ini hidupku seperti masih ada dalam keterpurukan.
Aku selalu melakukan semua aktivitas ku sendiri. Tidak seperti anak lainnya yang selalu mendapat hangatnya kasih sayang dari orangtua. Aku tumbuh dari lingkungan yang serba prihatin, namun hal itu tidak membuatku bersedih. Justru yang membuatku sedih adalah aku tidak pernah merasakan kebersamaan dan indahnya memiliki orangtua yang lengkap. Walaupun akhirnya sekarang ini, orangtua ku masing-masing sudah memiliki kehidupan baru bersama orang pilihannya.
Hingga aku dewasa, aku tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang, dan hidup dalam tekanan bathin. Tentu saja hal itu mempengaruhi pergaulanku. Meskipun aku tak pernah memakai narkoba, tak pernah keluar malam untuk nongkrong-nongkrong bersama temanku, atau hal-hal lain yang biasa anak cowok lakukan. Sampai aku akhirnya bisa memulai cerita baru pada saat SMA. Aku mulai tertarik pada lawan jenis. Namun ternyata, hal itu tidak bisa membuatku bahagia. Malah hanya menambah masalah pada hatiku. Cinta yang aku percayakan pada seorang gadis, ternyata tidak bisa dijaga seutuhnya.
Sampai akhirnya saat aku masuk Universitas. Kesedihan yang mendalam selalu tercermin di wajahku. Itu kata orang-orang disekitarku. Meskipun tidak selalu. Tapi akhirnya aku pasrah. Dan aku berjanji untuk tak pernah lagi memulai hubungan dengan wanita manapun sampai aku betul-betul siap untuk berumah tangga kelak.
Tapi ternyata, aku tak pernah bisa menepati janjiku. Karena pada suatu saat, di kampusku. Aku bertemu dengan wanita yang menarik hatiku. Aku tak pernah berani mendekatinya, aku hanya mengagumi dari kejauhan karena dia sudah ada yang punya.
Namun takdir berkata lain, wanita yang tak pernah aku bayangkan bisa menjadi dambaan hatiku, kini telah aku miliki. Banyak hal yang aku pelajari darinya. Dia wanita yang mandiri, supel, energik, dan mungkin sedikit menggoda. Itu yang membuatku tak pernah bisa juah darinya. Dulu aku berpikir, bahwa aku tak akan bisa menyurahkan segala isi hatiku pada siapapun, aku tak pernah bisa menceritakan kisah pribadiku pada siapapun. Namun kali ini lain, bersama wanita pujaanku ini, aku bisa menjadi seorang yang berarti. Menjadi manusia yang punya lembaran baru. Dan hubungan kami, berujung pada pernikahan yang sederhana, namun sangat sakral bagiku dan dirinya.
Dan aku berjanji, aku akan terus menjaga cinta ini samapai mati, karena aku tak mau gagal seperti kedua orangtuaku dulu. Dan aku sadar, ternyata hidup ini memang penuh warna. Aku tidak akan pernah bisa merasa bahagia seperti sekarang ini, jika aku belum pernah merasakan kesedihan.


Cerpen by: Hundabio/universitas-gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar